Mengembangkan VoIP di Jaringan RT-RW-Net
14/09/2006
Belakangan ini teknologi Voice over Internet Protocol atau VoIP kembali marak setelah menggebrak masyarakat Indonesia pada bulan Juni 2003, pada saat penulis bersama Onno W Purbo melakukan roadshow memperkenalkan teknologi yang disebut VoIP Merdeka dan RT-RW-Net di sembilan kota di Indonesia.
Kebangkitan kembali teknologi VoIP Merdeka disebabkan oleh kemajuan tekniknya, di mana standar yang digunakan mengalami perubahan besar dari standar H.323 menjadi standar Session Initiation Protocol (SIP). Standar H.323 merupakan standar dasar dari Uni Telekomunikasi Internasional (ITU) yang memungkinkan kita mengirim suara, video, dan data melalui jaringan berbasis Internet Protocol (IP), sementara SIP adalah protokol untuk mengawali, mengubah, dan mengakhiri suatu kegiatan yang berhubungan dengan sistem multimedia seperti video, suara, pengiriman pesan, online game, dan virtual reality. Standar SIP dikembangkan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) dan kelompok Multiparty Multimedia Session Control (MMUSIC) Working Group.
Sebetulnya, pada saat yang sama sudah dikembangkan teknologi yang disebut VoIP Rakyat, dan VoIP Merdeka yang berbasis H.323 tidak dikembangkan lagi oleh komunitasnya, sehingga akhirnya mailing list voipmerdeka@yahoogroups.com malah mendukung teknologi SIP dalam VoIP Rakyat tersebut.
Kunci berkembangnya teknologi SIP adalah peranti lunak Asterisk, yaitu program berbasis Open Source yang berfungsi sebagai private branch exchange (PBX), perangkat pengendali saluran telepon yang masuk ke dalam gedung. Asterisk yang berbasis Linux dikembangkan oleh Mark Spencer, mahasiswa dari Universitas Auburn, Alabama, Amerika Serikat, yang kemudian membangun perusahaan Digium Inc yang menjadi besar dan mendukung perkembangan Asterisk-nya.
Keuntungan penggunaan VoIP adalah harga yang lebih murah dibandingkan dengan teknologi lama PBX, mudah digabungkan dengan aplikasi lain, misalnya, dengan peranti lunak untuk meninggalkan pesan, menghitung biaya percakapan dan membagi data ke program sejenis Customer Relationship Management (CRM), serta berbasis teknologi IP yang lebih mudah untuk diatur dan dipantau.
Teknologi VoIP juga memiliki kelemahan-kelemahan, di antaranya adalah realibilitas belum bisa mengikuti standar telekomunikasi 5 (9's) atau 99,999 persen nyala dengan down time atau mati sekitar 30 menit setahun, kesulitan untuk menggabung dengan teknologi yang sekarang sudah dipakai, serta daya tahan belum teruji dibandingkan dengan teknologi PABX yang sudah dipakai lebih dari 30 tahun.
Pengembangan RT-RW-Net
Ide membangun VoIP di jaringan RT-RW-Net sudah lama dilontarkan, hanya kita butuh waktu untuk penerapan teknologi karena jumlah penggunanya masih sangat kecil dan teknologi ini sering kali menyerempet aspek legalitas.
Pembangunan jaringan RT-RW-Net yang paling murah dan meriah adalah dengan menggunakan kabel UTP yang dimasukkan ke pipa paralon, digelar dari rumah ke rumah dengan rentangan maksimum 100 meter, di mana di setiap titik digunakan switch ethernet untuk menguatkan sinyal sehingga dapat mencapai jarak yang lebih jauh. Kabel yang sudah terpasang ini dapat dimanfaatkan untuk penyambungan pesawat telepon biasa melalui perangkat yang biasa dikenal dengan nama analog PBX, harganya Rp 2 juta hingga Rp 3 juta untuk saluran tambahan antara empat sampai delapan telepon, dan perangkat telepon sebanyak dua atau empat buah.
Kabel UTP Category 5 yang digunakan dalam jaringan ini terdiri dari delapan kabel berwarna-warni, dengan hanya empat kabel yang digunakan untuk keperluan jaringan komputer, sementara empat kabel lagi tidak dipakai untuk jaringan karena mengacu pada standar Universal Service Ordering Code dan United States Code of Federal Regulations. Dua pasang kabel ini biasanya dipakai untuk kontrol dalam satu jaringan PBX dan catu daya perangkat tambahan. Biasanya juga, empat kabel sisa dari delapan kabel standar UTP RJ-45 dipakai untuk Power Over Ethernet (POE), yaitu menyalurkan listrik sekaligus ke perangkatnya dengan menggunakan satu kabel yang digabung dengan penyaluran data.
Kita memanfaatkan empat kabel tersebut untuk disambung ke pesawat telepon biasa, tepatnya digunakan dua kabel untuk disambung ke PBX seperti terlihat pada gambar. Kabel RJ-45 yang berwarna biru dan biru-putih dikeluarkan dari konektor RJ-45, lalu disambung ke RJ-11.
Dua kabel ini dapat jalan di jaringan kabel UTP sepanjang 100 meter, dan jangan dipakai jika sudah melewati switch ethernet, karena sinyal dari PBX-nya sudah tidak dapat diteruskan lagi.
Dengan membangun kabel-kabel seperti ini, kita sudah memiliki satu jaringan telepon di perumahan, di mana masing-masing tetangga dapat berkomunikasi dengan bebas tanpa perlu menggunakan Public Switching Telephone Network (PSTN). Jadi, Pak RT dapat menelepon Pak RW tanpa perlu membayar pulsa.
Memasok PBX ke VoIP
Jaringan telepon lokal yang sudah tersambung dari rumah ke rumah sebetulnya dapat dimanfaatkan layaknya sebuah wartel, yaitu satu saluran telepon tersambung ke PSTN dimanfaatkan oleh beberapa telepon yang masuk ke extension dari PBX. Cara ini sebetulnya merupakan solusi terhadap kurangnya saluran telepon di banyak tempat di negara ini.
Yang menarik dari konfigurasi jaringan terpasang adalah kemampuan untuk menggabung jaringan suara melalui PBX dengan jaringan internet melalui switch ethernet menjadi satu dengan menggunakan peranti sejenis Internet Telephony Gateway (ITG). Dengan tersambungnya ITG ke jaringan internet, semua pemakai sistem yang sama akan dapat saling berhubungan dengan lebih leluasa dan tidak perlu membayar pulsa, kecuali jika mereka menelepon ke jaringan PSTN.
Variasinya, dengan menambah satu peranti access point berbasis teknologi nirkabel (wireless LAN), pengguna di sekitar jarak 200 meter dapat menggunakan WiFi Phone secara lebih bebas, sama seperti penggunaan telepon seluler.
Teknologi ini jika dikembangluaskan pada semua jaringan RT-RW-Net yang ada di Indonesia akan menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat dan cakupan peneleponnya menjadi besar serta membuka peluang bagi warnet-warnet untuk memberikan layanan tambahan bagi pelanggannya, menelepon kepada sanak saudara di tempat yang berbeda. Teknologi ini memungkinkan untuk menggabung teknologi wartel dengan warnet.
Michael Sunggiardi Managing Director PT Bonet Utama Bogor
Sumber: Kompas.com (edisi cetak)
14/09/2006
Belakangan ini teknologi Voice over Internet Protocol atau VoIP kembali marak setelah menggebrak masyarakat Indonesia pada bulan Juni 2003, pada saat penulis bersama Onno W Purbo melakukan roadshow memperkenalkan teknologi yang disebut VoIP Merdeka dan RT-RW-Net di sembilan kota di Indonesia.
Kebangkitan kembali teknologi VoIP Merdeka disebabkan oleh kemajuan tekniknya, di mana standar yang digunakan mengalami perubahan besar dari standar H.323 menjadi standar Session Initiation Protocol (SIP). Standar H.323 merupakan standar dasar dari Uni Telekomunikasi Internasional (ITU) yang memungkinkan kita mengirim suara, video, dan data melalui jaringan berbasis Internet Protocol (IP), sementara SIP adalah protokol untuk mengawali, mengubah, dan mengakhiri suatu kegiatan yang berhubungan dengan sistem multimedia seperti video, suara, pengiriman pesan, online game, dan virtual reality. Standar SIP dikembangkan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) dan kelompok Multiparty Multimedia Session Control (MMUSIC) Working Group.
Sebetulnya, pada saat yang sama sudah dikembangkan teknologi yang disebut VoIP Rakyat, dan VoIP Merdeka yang berbasis H.323 tidak dikembangkan lagi oleh komunitasnya, sehingga akhirnya mailing list voipmerdeka@yahoogroups.com malah mendukung teknologi SIP dalam VoIP Rakyat tersebut.
Kunci berkembangnya teknologi SIP adalah peranti lunak Asterisk, yaitu program berbasis Open Source yang berfungsi sebagai private branch exchange (PBX), perangkat pengendali saluran telepon yang masuk ke dalam gedung. Asterisk yang berbasis Linux dikembangkan oleh Mark Spencer, mahasiswa dari Universitas Auburn, Alabama, Amerika Serikat, yang kemudian membangun perusahaan Digium Inc yang menjadi besar dan mendukung perkembangan Asterisk-nya.
Keuntungan penggunaan VoIP adalah harga yang lebih murah dibandingkan dengan teknologi lama PBX, mudah digabungkan dengan aplikasi lain, misalnya, dengan peranti lunak untuk meninggalkan pesan, menghitung biaya percakapan dan membagi data ke program sejenis Customer Relationship Management (CRM), serta berbasis teknologi IP yang lebih mudah untuk diatur dan dipantau.
Teknologi VoIP juga memiliki kelemahan-kelemahan, di antaranya adalah realibilitas belum bisa mengikuti standar telekomunikasi 5 (9's) atau 99,999 persen nyala dengan down time atau mati sekitar 30 menit setahun, kesulitan untuk menggabung dengan teknologi yang sekarang sudah dipakai, serta daya tahan belum teruji dibandingkan dengan teknologi PABX yang sudah dipakai lebih dari 30 tahun.
Pengembangan RT-RW-Net
Ide membangun VoIP di jaringan RT-RW-Net sudah lama dilontarkan, hanya kita butuh waktu untuk penerapan teknologi karena jumlah penggunanya masih sangat kecil dan teknologi ini sering kali menyerempet aspek legalitas.
Pembangunan jaringan RT-RW-Net yang paling murah dan meriah adalah dengan menggunakan kabel UTP yang dimasukkan ke pipa paralon, digelar dari rumah ke rumah dengan rentangan maksimum 100 meter, di mana di setiap titik digunakan switch ethernet untuk menguatkan sinyal sehingga dapat mencapai jarak yang lebih jauh. Kabel yang sudah terpasang ini dapat dimanfaatkan untuk penyambungan pesawat telepon biasa melalui perangkat yang biasa dikenal dengan nama analog PBX, harganya Rp 2 juta hingga Rp 3 juta untuk saluran tambahan antara empat sampai delapan telepon, dan perangkat telepon sebanyak dua atau empat buah.
Kabel UTP Category 5 yang digunakan dalam jaringan ini terdiri dari delapan kabel berwarna-warni, dengan hanya empat kabel yang digunakan untuk keperluan jaringan komputer, sementara empat kabel lagi tidak dipakai untuk jaringan karena mengacu pada standar Universal Service Ordering Code dan United States Code of Federal Regulations. Dua pasang kabel ini biasanya dipakai untuk kontrol dalam satu jaringan PBX dan catu daya perangkat tambahan. Biasanya juga, empat kabel sisa dari delapan kabel standar UTP RJ-45 dipakai untuk Power Over Ethernet (POE), yaitu menyalurkan listrik sekaligus ke perangkatnya dengan menggunakan satu kabel yang digabung dengan penyaluran data.
Kita memanfaatkan empat kabel tersebut untuk disambung ke pesawat telepon biasa, tepatnya digunakan dua kabel untuk disambung ke PBX seperti terlihat pada gambar. Kabel RJ-45 yang berwarna biru dan biru-putih dikeluarkan dari konektor RJ-45, lalu disambung ke RJ-11.
Dua kabel ini dapat jalan di jaringan kabel UTP sepanjang 100 meter, dan jangan dipakai jika sudah melewati switch ethernet, karena sinyal dari PBX-nya sudah tidak dapat diteruskan lagi.
Dengan membangun kabel-kabel seperti ini, kita sudah memiliki satu jaringan telepon di perumahan, di mana masing-masing tetangga dapat berkomunikasi dengan bebas tanpa perlu menggunakan Public Switching Telephone Network (PSTN). Jadi, Pak RT dapat menelepon Pak RW tanpa perlu membayar pulsa.
Memasok PBX ke VoIP
Jaringan telepon lokal yang sudah tersambung dari rumah ke rumah sebetulnya dapat dimanfaatkan layaknya sebuah wartel, yaitu satu saluran telepon tersambung ke PSTN dimanfaatkan oleh beberapa telepon yang masuk ke extension dari PBX. Cara ini sebetulnya merupakan solusi terhadap kurangnya saluran telepon di banyak tempat di negara ini.
Yang menarik dari konfigurasi jaringan terpasang adalah kemampuan untuk menggabung jaringan suara melalui PBX dengan jaringan internet melalui switch ethernet menjadi satu dengan menggunakan peranti sejenis Internet Telephony Gateway (ITG). Dengan tersambungnya ITG ke jaringan internet, semua pemakai sistem yang sama akan dapat saling berhubungan dengan lebih leluasa dan tidak perlu membayar pulsa, kecuali jika mereka menelepon ke jaringan PSTN.
Variasinya, dengan menambah satu peranti access point berbasis teknologi nirkabel (wireless LAN), pengguna di sekitar jarak 200 meter dapat menggunakan WiFi Phone secara lebih bebas, sama seperti penggunaan telepon seluler.
Teknologi ini jika dikembangluaskan pada semua jaringan RT-RW-Net yang ada di Indonesia akan menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat dan cakupan peneleponnya menjadi besar serta membuka peluang bagi warnet-warnet untuk memberikan layanan tambahan bagi pelanggannya, menelepon kepada sanak saudara di tempat yang berbeda. Teknologi ini memungkinkan untuk menggabung teknologi wartel dengan warnet.
Michael Sunggiardi Managing Director PT Bonet Utama Bogor
Sumber: Kompas.com (edisi cetak)
loading...
No comments:
Post a Comment